Friday 6 January 2017

SINOPSIS SOKOLA RIMBA

Ya sahabat/i kali ini saya mau berbagi sinopsis SOKOLA RIMBA, kenapa saya menulis ini ????/
ya jawabannya agak aneh dan cukup singkat yakni karena Tugas haha .... tapi karena menonton film tersebut membuat saya ingin sekali mengajar di luar jawa. simak yah heee.....


SINOPSIS

“Aku tidak pernah ragu dengan kekayaan Indonesia 1700 ribu pulau dan hampIr 7 Hektar hutan tropis di Aceh hingga Papua semua memberi kehidupan bagi kita. Aku bekerja di Lembaga Taman Nasional Bukit Dua Belas , Seluas 60 Ribu Hektar di Jambi, sumatera bagian selatan, hutan yang dilindungi oleh aturan hokum idealnya ia tidak akan tersentuh manusia, hokum dan kerja lembaga kurang bermanfaat besar bagi keberadaan hutan di sini, sudah dua tahun aku bekerja di tempat ini tapi aku masih bertanya apa arti ini semua bagi mereka yang terlahir di dalamnya, Orang Rimba.”
Ada seorang guru bernama Butet, Ia bekerja di Lembaga Taman Nasional Bukit Dua Belas. Setiap hari ia melakukan perjalalan jauh dengan mengendarai motor untuk sampai di Hulu dan mengajar anak-anak. Namun dalam perjalanannya di hutan dia terserang Malaria. Butet terjatuh pingsan di pinggir sungai, untungnya ada anak dari Hilir Makekal yang menyelamatkannya. Saat Butet terbangun ternyata dia telah sampai di Hulu dan memulai pengajarannya dengan mengajarkan huruf dan hitungan Matematika di salah satu gubuk pemukiman Hulu.namun dari kejauhan ada seorang anak yang mengintip pembelajaran Butet. Butet dan anak-anak Hulu jalan-jalan mengelilingi hutan sambil belajar berhitung. Tiba-tiba di tengah perjalanan mereka terhenti karena sedang ada yan berburu babi dan rusa. Malam telah tiba hasil buruan pun mereka bagi-bagikan kepada orang-orang Hulu termasuk Butet.
Pagi hari tiba, ada seorang anak Hilir makekal berjalan di tengah hutan sambil menghafalkan huruf. Disisi lain Butet sedang berbaring di gubuk tempat belajar bersama Nengkabau dan Beindah. Tiba-tiba kedua muridnya itu bertanya kepada Butet, mengapa mesin gergaji itu memotong kayu terus-menerus. Sang guru hanya dapat menjawab “Mungkin mereka sedang membutuhkan banyak kayu”. Nengkabau dan beindah bertanya lagi pada sang guru “Kalau kami menggunakan parang, jadi mengambilnya sedikit demi sedikit”. Mereka mengajukan pernyataan kembali “ Jika kami nanti sudah pintar, Kami bisa menahan orang luar menebang kayu”. Butet bangkit dari tidurnya dan segera memulai pembelajaran matematika. Pembelajaran selesai dan butet beranjak pergi ke sungai untuk menyuci bajunya. Butet berjalan jalan bersama murid-muridnya. Ditengah hutan mereka bertemu dengan Bungo dan menanyai asal-usulnya. Tiba-tiba Bungo berlari meninggalkan mereka.
Butet memulai kembali pembelajaran Matematika pengurangan. Ada salah satu muridnya belajar pengurangan sepuluh dikurang tiga. Saat jawaban pertama ia bias menjawab tapi jawaban selanjutnya salah. Hingga malam tiba, Butet menulis kan semua curahan hatinya dalam buku “ Sudah beberapa kali Bungo datang diam-diam memperhatikanku dari kejauhan, kini Ia tidak muncul lagi. Dia ingin mendekat, tetatapi disaat yang sama aku melihat dengan jelas kecurigaannya. Bungo pasti datang dari rombongan yang masih tertutup.”
Butet pergi kekota menuju tempat kerjanya yakni Lembaga Taman Nasional Bukit Dua Belas. Butet menemui Bosnya yaitu Bahar untuk meminta izin mengajar di Makekal Hilir. Tapi Bahar menolak permintaan dari Butet. Tingginya keinginan Butet mengajar di Hilir membuatnya memikirkan cara untuk dapat sampai disana. Hingga malam tiba Butet masih memikirkannya “Aku tidak bias menahan keingintahuanku, tentang apa yang sebenarnya di inginkan Bungo. Begitu jauh jarak yang Ia tempuh untuk melihat tempatku mengajar di Hulu. Aku harus mencari-cari untuk menemuinya.”
Tanpa izin dan sepengetahuan Bahar, Butet meminta dana untuk mengajar di Hilir. Sebelum pergi ke Hilir Butet pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan. Di pasar Butet bertemu dengan Nengkabau dan Beindah. Beindah dan Nengkabau ingin ikut menemani perjalanan Butet menuju Hilir. Di perjalanan mereka menyususri hutan dan sambil belajar. Di tengah perjalanan Beindah menghilang, akhirnya Butet dan Nengkabau mencarinya. Ternyata Beindah berdiri di belakang sebuah pohon sambil mengintip para pembalak liar. Karena mereka ketahuan oleh pembalak mereka berlari menjauh dari para membalak liar tu dan melanjutkan perjalanan Mereka.
Di perjalanan Butet bertemu Dr. Astrid, Ia adalah dokter dari luar neger yang pandai berbahasa Indonesia yang sedang mengobati anak muda Jambi yang terserang Malaria dalam perjalanannya. Butet, Nengkabau, dan Beindah berhenti melakukan perjalanan dan pergi ke sungai bersama Dr. Astrid menyuci baju. Astrid menjelaskan mengapa Bahar tidak bekerjasama lagi dengan Astrid. Karena Astrid memiliki sikap kritis dan tujan yang tak sama membuat Astrid keluar dari Lembaga Taman Nasional Bukit Dua Belas.  Dan Astrid juga mengajukan beberapa pertanyaan pribadi pada Butet.
Malam hari tiba, Mereka duduk bersama di dekat api unggun, tetapi ada hal lain yang Butet pikirkan “Aku mengagumi mereka, apapun yang dilakukan yang didasari pada rasa cinta dan kesungguhan kuat, seperti banyak pendaki gunung disana yang ku kenal. Dr. Astrid selalu menunjukkan padaku berbagai kekayaan orang Rimba dan mengapa mereka perlu hadir untuk keseimbangan hutan ini.”
Mereka akhirnya sampai di Hilir, Butet lalu memanggil orang Hilir untuk meminta izin mengajar di Hilir. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Butet mendapat jawaban. Butetpun dapat mengajar di Hilir dan bertemu dengan Bungo. Butet melakukan pembelajaran di Hilir tetapi beberapa orang Hilir tidak setuju dengan hal tersebut, karena suku mereka menganggap Pensil pembawa penyakit. Akhirnya. Suatu saat tibalah hal yang tak diinginkan oleh Butet. Kini Ia harus pergi meninggalkan Hilir karena menurut orang Hilir belajar bertentangan dengan Adat Mereka. Hingga akhirnya Butet, Nengkabau, dan Beindah meninggalkan Hilir. Saat Bungo kembali dari perburuan, Dia tak lagi dapat menemukan Guru Butet di Hilir. Bungo merasa marah dan mencoba menemukan Butet, tetapi Bungu hanya dapat duduk dan melihat Butet pergi bersama Nengkabau dan Beindah dari kejauhan.
Malam tiba, Butet telah sampai di rumahnya, tetapi dia terlihat begitu lemas dan tak berdaya karena terserang Malaria. Saat di rumah butet memandang papan tulis yang selalu Ia pakai untuk mengajar anak-anak Rimba. Esok paginya Butet sudah berangkat ke Lembaga Taman Nasional Bukit Dua Belas. Disana Butet menceritakan keadaan orang-orang Hilir. “Akhirnya aku bertemu dengan orang Rimba terjauh di Hilir Makekal, Rombong Tumenggung Belaman Badai. Mereka sudah beberapa kali berpindah karena masalah Zonasi Taman Nasional dan perluasan perkebunan Kelapa Sawit. Aku bertemu dengan seorang bocah bernama Bungo. Ia memperlihatkan kepada ku sepucuk surat yang tidak bias dibacanya. Tak seorang pun dari mereka, di rombing itu dapat membaca. Gulungan kertas itu berisi perjanjian pengambilan kayu di wilayah adat mereka, dan Mereka setuju dengan memberikan cap jempol diatas surat yang tak dapat Mereka baca, dengan bayaran beberapa kaleng biskuit, gula, dan rokok. Bungo membawa surat itu kemana-mana, seolah ingin menunjukkan padaku betapa Ia ingin membaca dan menolak transaksi penipuan orang Rimba”.
Setelah rapat selesai Butet menghadap Bahar dan berselisih pendapat denganhya. Esok paginya Butet menuju salah satu rumah di tengah-tengah perbatasan Hulu dan Hilir yang merupakan orang Jawa Tengah. Disana butet menemukan ide untuk mengajar kembali. Hingga suatu saat bungo datang ketempat itu dan ikut belajar bersama anak-anak Rimba lainnya. Bungo belajar begitu tekun, menunjukkan betapa Ia ingin dapat membaca.
Hari-hari terus berlalu mereka selalu belajar dan berkeliling hutan bersama. Bungo mengajak Butet menuju suatu pohon. Bungo menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon madu. Tidak semua orang dapat memanjatnya, hayan orang-orang suci yang dapat memanjat. Dan diatas sana banyak yang dapat ditemukan baik hal buruk maupun baik. Tetapi semua itu tetap saja berbahaya jika mereka tidak fokus. Hingga saatnya tiba Bungo membuka surat perjanjian dan membacanya. Tapi saat di tengah-tengah Butet menghentikan Bungo membacanya karena sedih melihatnya. Lalu butet menyuruh Bungo membaca buku lain, dan ia berhasil membacanya dengan lancar.
Hari-hari berganti anak-anak kini dapat membaca dan berhitung. Tiba tiba kepala suku dari Hilir datang dan menyuruh Bungo untuk pulang karena Tumenggung telah meninggal. Akhirnya Bungo pergi menyusul rombongannya dan Butet ikut pergi pulang ke Lembaga Taman Nasional Bukit 12.Karena kesalahan Butet melanggar semua aturan Bahar, semua itu berakibat buruk hingga Ia harus pergi meninggalkan Lembaga Taman Nasional Bukit 12, dan Ia harus pulang ke Jakarta.
Di Jakarta ia sakit dan selalu memikirkan anak-anak rimba. Tetapi Ibunya selalu memberi semangat. Dan memberikan saran pada Butet “ Kau punya banyak modal untuk kembali, Kau punya cinta yang besar untuk mereka”. Butet akhirnya bersemangat kembali dan memulai usahanya dengan melakukan seminar tentang anak rimba. Bukan hanya itu Butet juga berhasil meyakinkan para penyumbang untuk membuat sebuah Sekolah unuk anak Rimba atau dalam bahasa rimba Sokola Rimba. Dengan semua usahanya Butet berhasil kembali mengajar dan mendirikan Sokola Rimba. Saat dia kembali ke hutan, Butet melihat Bungo dan masyarakat Hilir sedang membacakan surat perjanjian dengan para Pembalak liar. Butet sungguh terharu dengan apa yang ia lihat. Semua anak-anak gembira dengan kedatangan Butet dan kawan-kawan, Mereka bermain riang gembira, dan akhirnya mereka dapat merealisasikan Sokola Rimba.


ya itulah sinopsis Sokola Rimba, maaf jika ada tulisan yang salah dan kata-kata yang kurang baik,,,,,  saya sarankan untuk menontonnya secara Full karena filmnya benar-benar menginspirasi....
terimakasih atas kunjunganya dan jangan lupa tinggalkan komentar anda untuk memperbaiki postingan saya ,,, terimakasih dan jangan lupa kunjungi konten yang lain yang ada di blog saya ... :) :)

No comments:

Post a Comment